SD Kupu-Kupu bisa jadi pilihan utama para orang tua yang ingin anaknya menggali potensi diri dengan metode belajar unik dan dekat dengan alam.
SD Kupu-Kupu berdiri sempurna menjadi salah satu sekolah inklusi yang hadir sebagai pilihan terbaik untuk anak-anak tanpa memandang latar belakang dan perbedaan. Semua anak belajar dengan sama rata di sini, termasuk mereka yang berkebutuhan khusus.
Menumbuhkan Rasa Cinta Tanah Air
Berawal dari kerinduan pendirinya akan sekolah dasar berwawasan kebangsaan yang mengajarkan tentang indonesia, maka lahirlah SD Kupu-Kupu di tahun 2005 silam dengan konsep tersebut. Para pendidik di sekolah ini satu suara dalam mengajarkan anak-anak tentang kekayaan negerinya sendiri.
“Kami tidak mau 20-25 tahun ke depan anak-anak tidak tahu apa itu Indonesia. Hanya tahu batik, Bali, dan hal umum lainnya,” jelas Aldi Nugroho, wakil ketua Yayasan Budaya Cerdas saat saat ditemui Mommies Daily di SD Kupu-Kupu. Dalam metode belajar pun akhirnya diselipkan semangat tentang Indonesia, mulai dari budaya tiap pulau hingga tiap daerah.
Menurut Kepala Sekolah SD Kupu-Kupu, Nenah Suzanah, implementasi yang termudah dilakukan dalam penerapan bahasa pengantar, yaitu menggunakan bahasa Indonesia. Selain itu, ada tema per kelas yang diberikan berbeda-beda dari kelas 1-6. Temanya diambil dari propinsi di Indonesia dan dibahas secara mendetail. Anak-anak juga diajak menghias ruang kelas hingga memakai busana daerah khas.
Setiap tahunnya juga ada kegiatan yang diberi nama Pekan Kebangsaan. Selama satu pekan anak-anak dikenalkan pada pulau-pulau yang ada di indonesia. Nanti akan dibagi per-pos sehingga setiap anak bisa masuk dan merasakan sendiri keunikan budaya yang diangkat. Contohnya kelas geografi dan sumber daya alam, kelas yang mengajak anak-anak belajar tentang senjata tradisional khas hingga hasil buminya. “Ada juga kelas icip-icip yang menyajikan makanan khas daerah tersebut dan bisa dinikmati oleh anak-anak,” tambah Nenah.
Suasana dan Metode Pembelajaran yang Unik
Dibandingkan dengan banyak sekolah dasar lainnya, SD Kupu-Kupu mengedepankan suasana belajar yang sehat. Dibangun di atas lahan yang luasnya sekitar 6000 meter persegi, sekolah ini memiliki deretan pepohonan dan tumbuhan yang membuat suasana sangat hijau, asri, dan segar. “Mungkin di tengah-tengah kota jakarta sudah sangat susah ditemukan sekolah yang hijau. Biasanya bangunannya tinggi semua,” ujar Aldi.
Lahan yang luas itu pun bisa langsung jadi laboratorium alam anak-anak. Tersedia juga kandang hewan di bagian bawah sekolah yang isinya mulai dari bebek, ayam, kambing, hingga landak. Ketika anak belajar tentang tumbuhan dan hewan, mereka bisa keluar kelas dan melihatnya secara langsung.
Fasilitas yang dihadirkan juga sangat beragam dan mendukung proses belajar yang dekat dengan alam. Mulai dari lapangan mini soccer, pendopo serbaguna, ruang kelas luas yang berukuran lebih dari 72 meter persegi, lab komputer, lab ipa, perpustakaan, hingga ruang ceria untuk mendukung anak berkebutuhan khusus.
Untuk metode pembelajaran sendiri, sekolah ini mengadaptasi metode Active Learning yang berfokus pada student center. SD Kupu-Kupu tidak hanya menjadikan guru sebagai subjek pembelajaran dan murid sebagai objek, tetapi murid juga bisa berbagi informasi tentang hal yang mereka ketahui sesuai dengan tema yang sedang diajarkan. “Murid dilatih untuk bisa berbagai informasi ke teman-temannya,” pungkas Aldi.
Untuk lebih fokus menerima pelajaran, SD Kupu-Kupu hanya membuka satu kelas untuk satu angkatan dengan jumlah siswa maksimal 28 anak. Hebatnya, dalam satu kelas akan ada 3-4 guru yang mengawasi, termasuk guru bidang studi. Hal itu guna membantu setiap siswa menyerap ilmu dengan maksimal dan tidak ada anak yang terabaikan jika mereka kurang paham atau ingin bertanya.
Totalitas Ajarkan Toleransi
Tanpa memandang ras, suku, agama, dan latar belakang lainnya, SD Kupu-Kupu memberikan pembelajaran yang merata. Selain belajar budaya Indonesia, anak-anak juga akan diajar mengenal beragam agama di negara ini. “Misalnya membahasa satu agama, maka kita akan mengenai hari raya agama tersebut, apa saja makanan khasnya, kegiatannya, dan hal lainnya yang mendetail.
Sekolah ini juga menerima murid berkebutuhan khusus dan menggabungkannya dengan anak reguler lain selama proses belajar. “Pendiri sekolah ini di awal melihat bahwa sangat susah mencari sekolah untuk anak berkebutuhan khusus yang tidak dibedakan dengan anak reguler,” jelas Aldi. Keputusan sekolah ini menggabungkan anak berkebutuhan khusus dengan anak reguler bertujuan untuk mempersiapkan mereka agar di masa depan dapat bersosialisasi di masyarakat tanpa ada halangan.
“Namun tetap kami siapkan dari sisi kebutuhan sesuai dengan kemampuan mereka. Kalau memang diperlukan, biasanya materi yang diberikan untuk anak berkebutuhan khusus juga akan dibedakan, mulai dari tingkat kesulitan hingga jenis soalnya. Namun ketika di tingkat tertentu dirasa anak tersebut sudah bisa masuk ke program reguler maka dia akan kembali diajarkan sama seperti teman yang lain,” tambah Nenah. “Kami berusaha agar anak ini survive dengan apa yang dia miliki.”
Untuk proses penerimaannya sama seperti siswa reguler lainnya, yaitu akan dilakukan observasi untuk anak-anak dan wawancara untuk orang tua. Semua itu bertujuan untuk melihat kemampuan anak. Pada anak berkebutuhan khusus, observasi dilakukan untuk lebih melihat pada kesiapan learning support dari SD Kupu Kupu. Dalam satu angkatan maksimal akan diterima dua anak berkebutuhan khusus.
Ternyata, pihak sekolah mendapat kabar bahwa anak berkebutuhan khusus angkatan pertama yang belajar di SD Kupu-Kupu baru saja lulus kuliah S1 di salah satu universitas swasta Indonesia. Hal itu membuktikan bahwa anak berkebutuhan khusus bisa terus mengenyam pendidikan hingga lulus kuliah. “Kabar itu nantinya akan kami informasikan ke orang tua. Para orang tua harus tahu kalau anak-anak berkebutuhan khusus bisa mengenyam pendidikan tinggi dan bersosialisasi seperti anak reguler lainnya. Buktinya sudah ada,” tutup Aldi.
Sekolah yang Bantu Anak Percaya Diri
Bahasa pengantar ternyata jadi salah satu pertimbangan para orang tua dalam memilih sekolah swasta untuk anak-anaknya. Merasa anak pertamanya, Kinan, belum familiar dengan bahasa Inggris karena berasal dari TK Islam, Elvi Savitri fokus mencari sekolah dengan bahasa Indonesia sebagai pengantarnya.
Setelah mendapat rekomendasi dari sepupu dan melihat sendiri lingkungan sekolah yang dekat dengan alam, penuh nuansa kekeluargaan, dan aneka pertimbangan lainnya, wanita yang akrab disapa Pipit itu pun yakin memilih SD Kupu-Kupu untuk anaknya.
“Saat survey ke sana saya diterangkan dengan banyak sekali hal-hal yang menarik dari sekolah ini. Selain perhitungan jarak dari rumah saya yang cukup dekat, saya juga suka suasananya karena anak tidak dikelilingi dengan tembok beton,” jelas Pipit. “Anak-anak bisa leluasa beraktivitas di alam, lalu sekolahnya juga fleksibel. Saat ada aktivitas belajar, misalnya IPA, nanti anak-anak diajak kemping di halaman dan dibuatkan tenda. Guru-gurunya juga aktif mengajak anak-anak belajar sambil mengenal alam.”
Meski menggunakan bahasa Indonesia sebagai pengantar, tetapi Pipit menjelaskan kalau anak-anaknya juga diajarkan bahasa Inggris dengan baik. Jadi, kemampuan bahasa anak-anaknya kini semakin berkembang. Selain itu kemampuan kedua anaknya juga semakin terasah. Menurut Pipit kini anak-anaknya jadi lebih percaya diri dalam belajar dan menyuarakan pendapat mereka di depan umum.